Ide + Dream + Hope

Tuesday, May 02, 2006

Mengorbankan dan dikorbankan

16.27

atau menyakiti dan disakiti. pergaulan, iteraksi. setiap hubungan dengan orang lain pastilah menyebabkan pergesekan entah kepentingan, perasaan, dan berbagi. juga kompromi. sering kita bisa berjalan seiring sejalan dengan seseorang, menganggap semua langkah begitu serasi, setiap keiginan begitu pas, dan setiap pertentangan nyaris tak ada.

perjalanan sempurna, manakala kita merasa masih mencinta, atau apalah. semua terasa serasi, harmonis, dan menyenangkan. suasana yang selalu didambakan, dicari, dan ingin dipertahankan. tak terhitung manusia bersusah payah mencarinya, entah dengan ajlan baik atau buruk. mencari sesuatu yang diidealkannya sebagai keserasian, kebahagiaan. dan tak terhitung korban yang menangis tersungkur, selain 'pemenang', yang mungkin tertawa meyakini telah memperoleh yang dicarinya.

relasi antar manusia, menimbulkan ikatan dan keterikatan. berdosakah mencintai? berdosakah tidak mencintai? makanala kita tak bisa menghindar dari jaring perasaan itu: ingin memiliki. memiliki sejarah, kenangan, dan orang-orang. perasaan mempertahankan. sakit kalau tiba-tiba kehilangan, tertawa kalau terus dimanjakan.

mengorbankan dan dikorbankan. apakah kesengajaan, atau kerja dari pikiran? pernahkah mencintai sesorang, tak ditangapi, orang tersebut malah pacaran dengan sahabat kita. siapa yang harus disalahkan, orang tersebut yang kita anggap tak berperasaan, saingan yang kita anggap telah 'merebut' orang yang kta cintai, ataukah diri sendiri?

mencitai tidaklah berdosa, tidak bisa mencintai juga tidak berdosa, pasif. namaun pada kondisi harus ada yang dikorbankan, siapa yang harus dikorbankan. seharusnya, dalam relasi yang sehat, tak ada yang harus dikorbankan, terasuk diri kita. menngorbankan atau (merasa) dikorbankan sama-sama tak enak, bisa juga penyakit. suka mengorbankan orang lain, menyakiti, pastilah dilandasi perasaan benci, tak suka, yang jelas bukan cinta.

mengorbankan diri juga belum tentu berlandaskan cinta yang murni, bisa saja dilandasi dendam. 'bisar dia tahu, biar dia sedih, biar dia merasa bersalah'. seperti ditolak cintanya, kemudian bunuh diri, untuk membuktkan, atau menyalahkan orang yang dicintai agar diposisikan sebagai orang yang harus bertanggung jawab atas apa yang teloah terjadi. atau pernyataan, aku mengalah demi kalian. tapi biar dianggap pahlawan, atau biar diangap lebih mencintai. padahal keputusan tersebut dilandasi dendam dan tak terima.

bisakah kita mengorbankan diri karena kita mencintai? misalkan dalam hubungan segitiga, memilih untuk tidak memilih, daripada menyakiti salah satu orang yang ada. mungkin masih belum ya, keputusan tersebut bisa juga mnegorbankan diri, biar dikasihani, atau "lihat nih aku berkorban, sendiri. puas kalian?".

atau aku yakin, kamu cukup mencintaiku, makan aku yakin kamu akan cukup kuat berpisah denganku, aku kan memilih dia. benarkah? adakah yang semulia itu?

kalau pada posisi harus memilih, harus ada yang dikorbankan, aku memilih mengorbankan diriku sendiri. rasanya lebih baik disakiti daripaa harus menyakiti suatu hati. biarlah diri ini sedih sementara daripada harus tertawa sementara di sana ada yang menangis melihat kegembiraan kita.

tak tahu juga apakah ini bentuk pelarian, tak mau bertangung jawab, takut pada beban, ataukah memang rela berkorban. sebagai manusia tak bisa kan, bebas dari kepentingan? kalau efek tak baik tak bisa dihilangkan, ya kita minimalisir lah. mengurangi sesedikit mungkin hati yang terluka.

bingung, mau nulis apa, benar, butuh kejujuran untuk menulis, mungkin aku tak sepenuhnya jujur, jadi kesulitan mengurai kata.

16.54

1 comment:

meds said...

thanks, i'll see ur blog.