Ide + Dream + Hope

Tuesday, July 03, 2007

Pengemis di Jembatan Penyeberangan

Tiap hari kulihat dia duduk. Sendiri, sore hari. Mungkin sedari siang di situ, menyapu jembatan, dan duduk menunggu. Menunggu orang lewat yang mau berbaik hatio memberikan sedikit uang.

sedikit, dia tak minta banyak. hanya untuk makan. tak mungkin kan meminta untuk beli HP baru, kamera digital, apalagi untuk beli mobil.

pengemis itu, dengan kaki cacat, sepertinya terkena folio, tubuh kecil, pendek. namun ramah, sellau tersenyum dan menyapa pada orang yang lewat. entah keramahan biar di beri atau memang dia ramah.

pernah hari mau turun hujan. dia ternyata tidak pergi. hanya bertutpkan platik bening, yang transparan, danpatilah juga dingin. dia bertahan. dan hujan. aku kok kasihan, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa, selain sekedar memberi sedikit, itu juga kadang-kadang.

pernah jam sembilan malam saya lewat di jembatan itu, dia masih di sana, tiduran berselimut plastik seperti yang kulihat dipakai waktu hujan. berarti dia tidur di situ, di jembatan penyeberangan, dengan ribuan kendaraan melintas di bawahnya, dengan mengepul melaluinya, dengan alas dan selimut seadanya, juga dengan makan ala kadarnya.

bagimana kalau anda yang mengalaminya?

Sunday, July 01, 2007

jakarta mau pilkada, setelah itu apa?

Jakarta, ibu kota negara, daerah Khusus Ibukota, akan punya hajatan: Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

Sebagai daerah yang "khusus", hajatan ini pastilah menyedot perhatian banyak khalayak dalam dan luar negeri. Khusus karena inilah Ibukota RI, tempat banyak organisasi bnerkantor, tempat kedutaan besar, tempat perputaran 70% uang di Indoensia (benar gak ya?), tempat bersenang-senang, dan tempat banyak sekali kepentingan saling terkait.

Pengusaha, ingin usahanya lancar, kredit lancar, perijinan lancar. Menambah lapangan kerja, mengurangi pengangguran, mendukung pemerintah mengentaskan kemiskinan (ini yang mulia). Menambah bidang usaha, memenangi tender pemrintah, dan semakin kaya.

Pegawai, ingin dinaikan gajinya (sudah tinggi lho), ditambah fasilitasnya, ditambah tunjangannya.

Parpol, mendapat akses politik di pemerintahan. sehingga bisa menempatkan kadernya, sehingga bisa menjadi mesin uang buat partai, dana pemilu kan banyak.

DPRD, dinaikkan tunjangannya, dinaikkan tunjangannya, dinaikkan tunjangannya.

Pengangguran, terbukanya lapangan kerja, segera mendapatkan pekerjaan.

Pengguna angkutan, ingin angkutan masal yang nyaman, aman, cepat, dan murah.

Pedagang kali lima, bagaimana supaya dagangannya tetap laku, tak digusur, kalau perlu membikin kios permanen di tepi jalan.

pengamen, bisa ngamen dengan lancar, banyak yang memberi.

Pedagang asongan, jakarta makin macet. hingga monil di jalan raya jalannya lamabt, bisa jualan, juga di jalan tol.

Pencopet, semakin kacau jakarta, pendapatan semakin banyak.

Dan masih banyak lagi suara-suara yang lainnya, yang semuanya ingin di dengarkan. Bagiamna mempertemukan segala kepentingan yang sudah sedemikian rumit, menjadi sejalan dengan sinergis (pecas ndahe). Yang antara kepentingan yang satu dengan yang lain sering bertentangan.

itulah tugas gubernur jakarta mendatang, menata jakarta yang semrawut menjadi lebih baik, lebih manusiawi, lebih aman, lebih nyaman.

ukuranku sih, tersedianya angkutan masal yang cepat, aman, nyaman. Lalu lintas tidak macet, tidak tua di jalan raya. Pekerjaan banyak. gaji meningkat. itu saja.

Halo Pak Fauzi dan Pak Adang, siapa yang akan jadi? (bereskan, dan kami akan ikhlas dengan pendapatan lain-lain yang bisa mencapai milyaran, karena kami tahu dana pilkada juga banyak).

Pesawat Indonesia Dilarang Terbang ke Eropa. Harus Bagaimana?

Berita mengejutkan datang dari Brussel, Belgia, sebanyak 51 maskapai penerbangan Indonesia mulai 6 Juli dilarang terbang ke Uni Eropa (UE). Larangan ini dikeluarkan karena maskapai penerbangan Indonesia dinilai tidak aman.

Mengejutkan, karena bagi kita, kondisi transportasi udara sedang tenang, minimal tak banyak berita kecelakaan pesawat muncul di TV. Juga mnegejutkan karena beberapa maskapai penerbangan nasional justru mendapat rangking naik dari Dirjen Perhubungan karena meningkatnya kualitas dan pelayanan.

Tapi kalau mendalami lebih lanjut memang tak mengejutkan. Tentu kita harus berpikir menyeluruh. Penerbangan nasional memegang rekor dalam hal kecelakaan. Dari cuma tergelincir, pecah ban, sampai pesawat hilang. Garuda Indonesia, yang bagi penumpang domestik termasuk pesawat terbagus, teraman, juga mengalami kecelakaan. Lalu pesawat mana yang aman?

Jadi keputusan komisi Uni Eropa untuk melarang pesawat-pesawat kita untuk terbang ke sana harus menjadi pelajaran. Memang, mulai November 2004, tak ada maskapai penerbangan nasional yang melayani penerbangan ke Eropa. Bukan karena di larang, tapi mungkin kebanyakan penumpang luar negeri lebih memilih pesawat dari maspakai penerbangan berkelas. Contoh: Luftansa, SIA, Chatay Pasifik, atau JAL. Untuk Asia SIA masuk maspakai papan atas, pesawatnya baru, banyak, dan pelayanan bagus. (saya pernah baca di angkasa).

Tapi masalahnya, itu merupakan tamparan bagi Indonesia, betapa ditunjukkan kepada dunia, ini lho Indonesia, pesawatnya tak ada yang memenuhi syarat.

Malu gak? harus bagaimana menyikapinya? Marah-marah, ganti melarang pesawat UE masuk Indonesia, atau, meningkatkan standar keselamatan pesawat sehingga larangan di cabut?