Ide + Dream + Hope

Tuesday, June 19, 2007

Memaafkan

kita sering pandai menasehati teman, tentang hidup, pacaran, teman, dll, seolah kita ahli dan tahu segalanya. sering walau kita belum pernah mengalaminya,- misalnya putus cinta-, dengan sok bijaksana menasehati kawan yang sedang putus sama pacarnya. dengan logika yang dipaksakan, padahal yang diajak bicara, sedang tak perlu logika, main perasaan.


kita sering pandai menasehati teman, tentang hidup, pacaran, teman, dll, seolah kita ahli dan tahu segalanya. sering walau kita belum pernah mengalaminya,- misalnya putus cinta-, dengan sok bijaksana menasehati kawan yang sedang putus sama pacarnya. dengan logika yang dipaksakan, padahal yang diajak bicara, sedang tak perlu logika, main perasaan.

kita tahu, untuk sembuh dari rasa sakit, tahu cara melupakan seseorang, tahu cara meleaskan semua, tapi kita sering enggan. sayang. kenangan yang ada, yang semu, namun bagi beberapa orang begitu berharga, menjadi barang yang harus dipertahankan. kita takut kalau melangkah kedepan kita akan kehilangan sesuatu (yang semua) yang pernah menjadi milik kita. dengan terus mengenangnya, kita berharap ada hiburan, memungut remah-remah kenangan bahagia di waktu lalu. waktu lalu, yang tak akan kembali, yang walau kita diberi kesempatan sekali lagi, belum tentu kita dapat melewati sesuai yang kita harapkan.

saat dimana kita merasa sebagai orang paling malang sedunia, sehingga pelampiasannya misalnya dengan marah-marah tanpa sebab biar orang lain tahu, 'aku sedang sedih, berempatilah', atau mengurung diri dalam kamar, takmau makan, tak mandi, tak sekolah, bisar seisi rumah tahu, aku sedang putus cinta, sedih berat, sehingga seisi rumah harus meperhatikan kita. menjadi korban, atau mengorbankan. tak makan, melukai diri, atau bunuh diri, salah satunya. cari perhatian yang konyol.

padahal hanya kita yang dapat menyembuhkan sakit hati. kita bisa menahannya seminggu, sebulan, atau seumur hidup menahan dendam dan rasa penyesalan tak mendapat sesuai yang diangankan. memaafkan adalah tindakan yang baik, menyembuhkan. memaafkan orang-orang yang telah khilaf sehingga melukai kita, bagaimanapun mereka juga manusia biasa, bisa salah. terus-terusan menimpakan kesalahan pada orang lain hanya akan membuat luka tak sembuh-sembuh, seperti menggores luka yang hampir sembuh, terus berdarah dan berdarah. memaafkan berati menerima kenyataan hidup, dan siap memulai hidup baru. termasuk memaafkan diri sendiri, kita juga manusia, bisa salah.

kita tahu banyak, namun sering tak berkutik kalau kita yang tertimpa. hilang semua pertimbangan logika, perasaan dengan segala atributnya yang bermain, sedih, marah, benci, dendam. yang sering membuat diri kita begitu sepi, sendiri. seolah semua orang tak lagi meperhatikan kita, sahabat yang dulu baik tiba-tiba terasa menjadi 'kering' dan apa adanya, teman-teman yang biasanya ramah seolah berubah, dan alam yang begitu indah malah menakutkan. sepi, sendiri justru jadi pilihan.

menghubungi teman-teman, atau mantan terdahulu. dan hasilnya adalah kesedihan lagi, cemburu, ternyata orang yang pernah kita cintai sedang bersama orang lain, yang tiba-tiba memutus telpon, sorry ya, ada cowokku, nanti malam aja telponnya.

kembali lagi, yang salah adalah pikiran kita. relativitas pikiran. bandingkan, kita sering asyik, gembira hanya berjalan di jalanan panas berdebu dengan seseorang yang kita sayangi. di lain waktu , kita justru menangis, waktu melihat banyak pasangan berbahagia, kita tak bisa membaginya dengan orang yang kita cinta. dia tak ada.

17.14

150306, 12.37

ada yang bilang, kesepian, tempat tersepi adalah relung hati tanpa cinta (:dari pengarang teenlit semarang). kita bisa berada dalam keramaian luar biasa, tapi merasa kesepian. pekerjaan perasaan, (ego kali ya), yang menyuntikkan 'program' ke hati kita agar kita merasa sebagai orang yang sepi, dan butuh sesuatu. seperti pepatah, orang miskin bukan lah semata-mata yang tak punya uang, tapi yang selalu merasa kurang akan hartanya. relativitas hati. sesuatu yang sama dirasakan berbeda.

itulah manusia, selalu merasa tak puas dengan apapun yang didapatkan, uang, pekerjaan, kesenangan, ketenaran, dll. selalu mengangankan yang lebih, sering ke awang-awang hingga tak berpijak pada dunia kenyataan. seperti kesepian hati. tidak rela, 'nerima' dengan kondisi yang dihadapi, mengharapkan sesuatu yang masih berupa impian, tapi seolah-olah sudah didapatkan.

seperti mengeluh, siang-siang kepanasan naik bus kota, terus-terusan menggerutu, andai punya mobil pribadi pasti tak kepanasan. terus menggerutu seolah-olah seudah punya mobil dan tidak dibawa. apalagi orang yang kesepian karen cinta, lagi bener-bener kosong dan hampa. pergi ke tempat wisata, sendirian: andai dia ada di sisiku, aku pasti bahagia. pergi melihat poster film, andai dia ada kita pasti nonton bareng. malam hari melihat bulan, andai dia ada di sisiku, duduk berdua, bercerita, langkah indahnya. malam tahun baru sendirian, andai dia ada di sini. dan andai-andai-andai...... tak pernah bersyukur. terus menggerutu.

kita kepanasan naik bus kota yang penuh sesak, karena kenyataannya kita tak punya mobil pribadi, tapi sudah beruntung, punya ongkos naik bus. seandainya dia ada di sini, kenyataannya kita tak lagi pacar, atau sudah puitus dengan seseorang yang terus membayangi. tak rela, kenapa dia pergi, tak rela-kenapa aku tak unya mobil pribadi. tak rela, dan tak rela. tak menerima kenyataan.

membayangkan suatu impian, yang hanya impian, dan sudah dianggap kenyataan. kembali ke bumi, jangan terus melayang. lihatlah kenyataan, terimalah sebagai bagian dari sejarah. ada yang bilang, 'true life is always the life of this moment'. bukan dulu, bukan masa depan. dulu tinggalah kenangan, masa depan siapa bisa menjamin?

sakit hati disebabkan karena kita tak bisa memaafkan, kesepian disebabkan karena kita terlalu tinggi membayangkan, tak menerima kenyataan (tak memaafkan realita). memaafkan, menerima, dan siaplah hidup dengan lebih santai. kalau tak ada lagi yang harus di kejar, kita bisa santai menikmati hidup sambil minum teh hijau hangat.

12.54

No comments: